Kamis, 19 April 2012

Pemenang Indonesia Furniture Design Competition II Diumumkan!

 kawung Coffee Table Karya Suskaryanto ( Ragil )
  kiro-kiro Coffee Table Karya Devi Khoirudin
 Sisir Coffee Table karya Adi Santosa
 the Sputnik Karya Aji Bayu Bawono
Linked Coffee Table Karya Devi Gunawan

Jakarta - Para pemenang Indonesia Furniture Design Competition II (IFDC II) hari ini (21/4/2011) diumumkan di hotel Four Season, Kuningan.

American Hardwood Export Council (AHEC) sebagai penyelenggara mengatakan bahwa, peserta IFDC II mengalami peningkatan sebanyak 200 persen dibanding yang pertama yang diadakan pada 2009 silam.

Pada kompetisi seperti inilah Anda bisa melihat perabotan rumah tangga berseni dan berkualitas karya anak bangsa. Untuk kali ini, temanya adalah 'Wooden Coffee Table'. IFDC memberi kesempatan para desainer berbakat di industri furnitur Indonesia. Sejak diselenggarakannya kompetisi ini (November 2010) hingga April 2011, sebanyak 290 peserta dari berbagai kalangan universitas, profesional desainer furnitur dan umum dari seluruh Indonesia ikut turut serta.

Melalui IFDC, AHEC berniat meningkatkan minat para desainer furnitur kayu hardwood di Indonesia untuk mendesain sekaligus memproduksi secara inovatif agar dapat menghadapi tantangan dan persaingan global yang semakin ketat. "Kami melihat, bahwa minat para desainer furnitur kayu hardwood terus bertambah dengan tingkat kreativitas yang mengagumkan," terang John Chan - ketua AHEC.

Dewan juri - Michael Buckley (World Hardwoods), Reffrahaya Hariadi (HDII), Dwight Kiswandono (PIKA), Gregorius Supie Yolodi (arsitektur profesional), Priyo Pratomo (ASMINDO), dan Lea Aviliani Aziz (ketua juri dan profesional interior desainer) harus berpikir keras untuk menentukan juara-juara dari kelima belas finalis. Kriterianya cukup jelas. Hal tersebut mencakup kreatifitas, originalitas, fungsi, dan mudahnya benda tersebut dipasarkan atau tidak (marketable).

Adi Santosa meraih juara kategori The Most Innovative dengan karyanya sisir coffee table. Sedang meja the sputnik dimenangkan Ajie Bayu Bawono dalam kategori The Most Ergonomic. Kawung coffe table karya Suskaryanto mengungguli kategori The Most Individual. Penghargaan The Best Overall didapatkan oleh Devi Khoirudin dengan karyanya, meja kiro-kiro. Sementara itu, atas antusiasme dan kejeniusannya berkarya menghasilkan linked table, Devi (mahasiswi) memenangkan kategori The Best Student.

Mengapa kayu hardwood? Dewasa ini, Indonesia menjadi salah satu pasar yang semakin berkembang untuk impor kayu hardwood Amerika. Kayu-kayu tersebut banyak digunakan menjadi lantai, pintu, atau bingkai kayu. Sebenarnya, kayu ini memiliki lebih banyak fungsi lagi. Banyak jenis kayu Amerika yang bisa dilirik sebagai material untuk menghasilkan furnitur yang indah.

Bagaimana menurut Anda?

Desain Jepara Diklaim China dan Prancis


JEPARA - Setelah sebelumnya muncul  klaim desain dari Kota Ukir oleh pengusaha asal Inggris, Belanda, dan AS, kini muncul kasus baru. Desain kursi bermotif kepiting dan sejenisnya yang  diproduksi perajin Jepara belasan tahun terakhir, kini diklaim China. Pada saat hampir bersamaan, desain meja bar (bar table) diklaim oleh Prancis.

Fenomena tersebut menimbulkan kegusaran bagi pelaku usaha furnitur di Jepara. Klaim desain oleh negara lain itu bisa mengganjal akses pasar ekspor industri furniture Indonesia (khususnya Jepara) ke negara yang mengkalim.

Klaim oleh China dan Prancis tersebut mencuat dalam konferensi pers yang diselenggarakan Jepara Furniture & Design Center (JFDC) di Gedung Jepara Trade and Tourism Center (JTTC) di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan, Kamis (16/10). Keterangan pers tersebut dilakukan jelang Malam Anugerah Indonesia Furniture Design Awards (Ifida) atau Lomba Desain Furnitur Nasional 2008 yang akan digelar, Jumat (17/10) malam di Jepara. Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jepara, Akhmad Fauzi, yang hadir dalam konferensi pers mengungkap ihwal klaim desain tersebut.

”China telah mematenkan desain kursi kepiting dan sejenisnya pada 2002, sedangkan Prancis mematenkan desain bar table pada 2003. Ada anggota kami yang terganjal pasar ekspornya di dua negara itu,” ungkap Fauzi.

JFDC dan Asmindo melakukan langkah pendampingan, dengan berusaha memberikan bukti-bukti bahwa desain tersebut telah menjadi karya perajin Jepara belasan tahun terakhir.

Meja bar yang diklaim Prancis, kata Fauzi, telah diproduksi masyarakat Jepara sejak 1990-an. Sedangkan kursi kepiting  dikaryakan  perajin Sukodono sejak 1980-an. Bahkan  telah dibukukan oleh Prof Gustami, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.  (H15-79) (/) 

Jepara Dominasi Nomine Pemenang Desain Mebel


SEMARANG- Sebanyak 10 nomine hasil lomba desain mebel Jateng kemarin diumumkan. Dari jumlah itu, nomine masih didominasi peserta asal Jepara.

Sepuluh nomine yang berhak mengikuti final adalah Reza Aditya dari Semarang (desain kursi kafe), M Khoirul Muhyidin dari Jepara (simpang chair), Nuriyanto dari Jepara (cepinuxs chair), Gecko dari Bantul (3 pozzit chair), Suskariyanto dari Jepara (gendis chair), Feuzi Erisa Dangin dari Bantul (holdback chair), Eddy Prabowo dari Solo (cie chair),

Ahmad Tsani dari Sukoharjo (java lounger), Alphin Augusta dari Jepara (boo chair), dan Dwi Arnanda dari Semarang (convenience chair). Dari 10 finalis ini akan ditentukan juara 1,2,3 dan juara favorit yang memperebutkan trofi gubernur serta total uang pembinaan Rp 25 juta.

”Peserta yang terpilih dalam 10 nominasi ini wajib menyerahkan full scale prototype atau desain fisik kepada panitia. Pengumuman pemenang akan dilangsungkan 3 Desember mendatang,” ujar Bayu Krisna dari Kadin Jateng sekaligus event organizer kegiatan, saat jumpa pers di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng, Jumat (5/11).

Prototype
Dalam kesempatan itu hadir Kasi Hasil Hutan Disperindag Jateng Ramadhan E dan Ketua Tim Pengembangan Klaster Mebel Jateng Wiradadi Suprayogo. Bayu mengatakan, banyak pula 'pemain baru' yang lolos dalam 10 nomine tersebut.

Lebih lanjut, para nomine ini nantinya diberi waktu tiga minggu untuk menyelesaikan prototype. Hasil karya mereka akan dipresentasikan di hadapan juri, termasuk juri kehormatan dari Jateng yakni Kukrit Suryo Wicaksono (CEO Suara Merdeka Group), dan Solichedi (Ketua Kadin Jateng).

Menurut Kepala Disperindag Jateng Ihwan Sudrajat melalui Kasi Hasil Hutan Ramadhan E, kegiatan ini terbilang unik. Bahkan satu-satunya even yang tidak hanya sekedar lomba, tapi juga ditindaklanjuti dengan adanya penawaran pembelian hak cipta.

Sehingga para pemenang lomba akan mendapatkan keuntungan ganda, yaitu finansial dan brand personal-nya akan lebih dikenal. Pengadaan transaksi hak cipta ini, lanjutnya, selaras dengan visi lomba 'Memantapkan Industri Mebel Jateng yang mendunia melalui Kreatifitas dan Inovasi Desain Tiada Henti'.

Adapun tujuan digelarnya lomba desain mebel ini, terang Ramadhan, adalah menggali dan mengembangkan potensi desain industri mebel menembus pasar ekspor, dan meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk.

Di samping itu lomba juga mampu menggairahkan kreatifitas dan inovasi desain berbasis budaya. Peserta yang membeludak sekitar 150 karya desain ini, lanjutnya, menandakan perkembangan usaha mebel saat ini merata. Meski diakui kecenderungan terbanyak masih di Jepara dan Semarang. (J9-77) (/) 

Mebel Jateng Sangat Spesifik


SEMARANG-Industri mebel memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian di Jateng. Hal itu dibuktikan dengan menempati urutan kedua penyumbang devisa setelah tekstil.

"Industri mebel di Jateng sangat spesifik dengan desain ukirannya dan ditunjang jenis kayu yang lebih baik dari negara lain, sehingga banyak pembeli yang tertarik, bahkan berinvestasi di provinsi ini,'' tutur Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng Ir Ihwan Sudrajat MM di sela-sela final lomba desain produk industri mebel 2011 di kantornya Jalan Pahlawan Semarang, kemarin.
Para produsen mebel diminta terus berinovasi serta meningkatkan kualitas sehingga bisa memenuhi selera pasar dan konsumen tidak bosan.

Selain itu, lanjut dia, perlu sebuah strategi dari asosiasi dan industri permebelan supaya minimal dapat mempertahankan pangsa pasar.
Lewat lomba desain, ia mengharapkan tercipta karya-karya inovatif berkualitas dengan memperhatikan lingkungan.
"Selera dan keinginan konsumen mengarah pada produk yang ramah lingkungan dan bersih. Jadi kewajiban kita untuk menghasilkan produk yang green consumer,'' jelas Ihwan.

Meningkat

Kepala Bidang Industri Argo, Kimia dan Hasil Hutan Ir Endar Kusumawati MM menambahkan lomba desain produk industri mebel tahun ini merupakan kali kedua.
"Peserta tahun ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Itu menunjukkan animo masyarakat mebel besar,'' ujarnya.

Peserta tahun ini 158 dengan desain 165, meningkat dari 2010 yang diikuti 113 peserta dengan 150 desain.
Cukup banyak peserta dari luar Jateng, antara lain dari Surabaya, Jakarta, serta beberapa kota di Jabar.
Penilaian mempertimbangkan aspek penggunaan bahan ramah lingkungan, ergonomis, nilai jual tinggi, penggunaan bahan alternatif, dan efisiensi penggunaan bahan.
Juara I Suskariyanto (Jepara, desain Lumo Chair), II Feuzia Dangin (Yogyakarta, Kaba Coco Chair), dan III Nuriyanto (Jepara, Sisa Chair).(adj-29) (/) 

Mebel Jateng Berpotensi Ekspor

Mebel Jateng Berpotensi Ekspor

Semarang, CyberNews. Prospek industri mebel dan kerajinan di Jateng ke depan diakui masih sangat terbuka dan menjanjikan, meskipun kondisi pasar ekspor saat ini fluktuatif sebagai dampak terjadinya krisis global. Peran pemerintah dinilai amat penting dalam mempercepat pertumbuhan ekspor sektor tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Jateng Ihwan Sudrajat melalui staf seksi Industri Hasil Hutan Ratna Lestari, Selasa (12/10), mengatakan, salah satu peran pemerintah turut mengembangkan industri mebel adalah digelarnya Lomba Desain Produk Industri Mebel Jateng 2010 pada 27 September-25 Oktober 2010.
Pengumuman pemenang juara 1,2,3 dan favorit digelar pada 30 Oktober di aula Dinperindag Jateng Jalan Pahlawan Nomor 4 Semarang. Mereka akan memperoleh trophy dan hadiah uang tunai yang akan diserahkan langsung Gubernur Jateng H Bibit Waluyo pada 1 Desember.
Desain yang dilombakan adalah desain kursi (sitting) dan furniture (chair/stohl). Karya desain dapat dikirimkan ke kantor Dinperindag Jateng lantai tiga. Untuk peserta yang terpilih 10 nominasi, wajib menyerahkan desain fisik (full scale prototype). Panitia juga akan menyediakan biaya pengganti pembuatan desain Rp 1 juta per desain.
"Ini adalah salah satu dukungan serius pemerintah terhadap keberlanjutan industri mebel dan kerajinan Jateng yang diharapkan dapat berpotensi menembus pasar ekspor," ujar Ihwan.
Dikatakan, saat ini ada kecenderungan pasar mebel internasional mulai melirik kembali produk mebel dan kerajinan Indonesia yang dinilai lebih berkualitas. Tentunya dibarengi peningkatan kualitas dan inovasi desain mebel yang dihasilkan. Di Jateng sendiri tercatat ada 34.000 industri mebel.
Ketua Tim Pengembangan Klaster Mebel Jateng, Ir H Wiradadi Suprayogo mengatakan, kriteria penilaian lomba di antaranya keaslian, ergonomis, ramah lingkungan, kreativitas, orientasi pasar serta efisiensi bahan baku.
Pihaknya berharap lomba ini tidak hanya diikuti perajin. Juga terbuka untuk umum seperti arsitek, akademisi hingga masyarakat umum kelompok maupun perusahaan.
Menurutnya, banyak hasil karya perajin mebel yang menarik dan inovatif. Seperti di wilayah Jepara, Blora, Solo dan Klaten. Dengan mengembangkan mebel metode ukir, model Eropa serta memanfaatkan limbah. "Yang kami harapkan adalah bentuk yang simpel yang dapat diterima pasar. Tentunya dengan harga yang ekonomis pula," ujar Wiradadi.

Gendis Chair Raih Juara Pertama


Gendis Chair Raih Juara Pertama
SEMARANG- Suskariyanto, desainer asal Jepara dinyatakan sebagai juara pertama pada Lomba Desain Mebel Jateng, Kamis (2/11).

Dalam lomba yang diselenggarakan Disperindag Jateng dan Kadin Jateng ini, mahasiswa STTDNU Jepara Jurusan Desain Produk itu mampu mengungguli peserta lainnya. Suskariyanto mengusung desain kursi berkonsep minimalis tradisional-modern bernama ‘’gendis chair’’.

Sementara Juara  II dan III, masing-masing diraih Feuzi Erisa Dangin dari Bantul dan Nuriyanto dari Jepara. Desain mereka antara lain ‘’holdback chair’’ dan ‘’cepinuxs chair’’. 

Ketiganya berhak mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing sebesar Rp 10 juta, Rp 7,5 juta dan Rp 5 juta. Sedangkan Juara Favorit diraih Achmad Tsani Achsan dari Sukoharjo, dengan desain bernama ‘’Java X-3 Lounger’’, berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp 2,5 juta. 

Kegiatan ini diikuti oleh 113 peserta dengan 157 karya desain yang masuk tahap penilaian. Adapun para pemenang ini adalah memiliki kriteria kualitas desain bagus. Selain itu juga  mampu memenuhi kriteria penilaian, yang meliputi koneksitas dengan keinginan pasar, efisiensi dalam proses produksi, aspek ergonomis, hingga aspek citra dan estetika produknya. 

Dalam sambutannya, Kepala Disperindag Jateng Ihwan Sudrajat menyatakan, even tersebut merupakan upaya menjadikan Jateng sebagai pusat industri mebel nasional. Para pemenang lomba desain ini nantinya akan dihubungkan dengan perajin mebel di sejumlah klaster di Jateng agar karya mereka bisa teserap oleh industri. Selanjutnya mereka diharapkan mampu untuk terus berkreasi.

‘’Dalam berkreasi harus punya prinsip. Jangan meributkan hak cipta, justru malah terjebak pada persoalan sendiri sehingga tidak bisa mengembangkan gagasan menjadi lebih besar,’’ ujarnya.

Lebih jauh, lomba ini merupakan langkah awal untuk mewujudkan harapan berbagai pihak untuk menjadikan Jateng sebagai pusat mebel nasional. Melihat antusiasme para peserta yang terdiri atas para praktisi, para akademisi, hingga pelaku usaha perdagangan mebel, menandakan potensi yang kuat dalam aspek sumber daya manusianya. Untuk memperkuat daya saing Jateng di bidang mebel ini, pihaknya juga memfasilitasi dengan berdirinya terminal kayu, sehingga ada proses penguatan produk, baik dari sisi bahan baku dan kualitas SDM. (J9-77)

Rabu, 18 April 2012

Suskaryanto ( Ragil ) " Mencoba Mengangkat Motif-motif Tradisional "

Salah satu finalis dan pemenang lomba Indonesia Furniture Design Competition (IFDC)  kedua tahun 2011di Hotel Four  Seasons Jakartayang diadakan oleh AHEC ( American Hard Wood Council ), Suskariyanto menyebut tak melulu style menjadi fokus dalam berkarya. Ia justru menyebutkan faktor pricing, efisiensi dan kombinasi bahan mentah dan loadability di dalam petikemas harus juga dipertimbangkan masak-masak oleh seorang desainer.
Bagi laki-laki kelahiran Salatiga 8 Maret 1985 ini  yang akrab disapa Ragil,alumni STTDNU jurusan Desain Produk “di Jepara, kebanyakan dari kami akrab menggunakan kayu jati sebagai bahan baku utamanya,” jelasnya. Setelah ia keluar dari kota ukiran itu dan bekerja di lain kota, barulah mengetahui bagaimana mengkombinasikan penggunaan bahan-bahan mentah.
Tujuannya, jelas agar mendapatkan efisiensi. Ini mengharuskannya untuk mengetahui secara pasti dimensi fisik minimal yang diaplikasikan. Ia mencontohkan galaran dari kayu jati untuk sebuah tempat tidur sudah cukup kuat hanya dengan ukuran 3×6. Namun untuk benda yang sama dari kayu mahoni harus lebih tebal lagi yaitu 4×6.
Masukan tentang efisiensi ini diperolehnya dari koleganya di bagian produksi dan marketing. Menurutnya, desainer seperti dirinya tidak mendapatkan informasi itu secara langsung tapi secara bertahap, dan merupakan bagian dari pengalaman kerja. Dari koleganya di produksi, ia juga bisa mengetahui dimensi fisik bahan baku yang tersedia di pasaran. Ini membuatnya memahami berapa dimensi fisik komponen mebel yang mampu menghasilkan kekuatan optimal, yang diperoleh tanpa memperpanjang mata rantai produksi.
Faktor pricing juga membuatnya memahami profil kastemernya. Kastemer yang end-user ‘lebih berani’ dalam urusan satu ini. Sedangkan buyer customer yang melakukan pembelian barang dalam jumlah besar untuk dijual lagi melalui jalur ritelnya, jelas sangat sensitif terhadap harga. Bukan mungkin pricing menjadi prioritas dalam skalanya. Itu sebabnya peningkatan efisiensi dan pemahaman akan kombinasi bahan mentah menjadi cara untuk mencapainya.
Faktor lainnya yang harus diperhatikan oleh desainer adalah loadability dalam sebuah peti kemas. Ini hanya bisa dicapai dengan cara distacking atau knock down selama pendistribusiannya. Hanya dengan cara ini, jumlah produk yang termuat dalam sebuah kontainer kian banyak. Ia menunjuk pada gendhis chair yang merupakan karyanya. Dalam penyimpanannya kursi berukuran 60x60x85 bisa dimuatkan dalam kotak karton berukuran 65x95x10. Dengan ukuran sekompak itu, sebuah kontainer akan dapat memuat lebih banyak dibandingkan dalam keadaan terpasang. “Mungkin itu juga yang membuat karya ini menang dalam sebuah kompetisi desain furnitur,” tingkat Jawa Tengah yang di gelar oleh DINPERINDAG JATENG pada Kamis 2 November 2010 di Semarang.
Menurutnya, kursi gendhis merupakan revitalisasi dari kursi anyaman rotan yang berasal dari daerah Trangsang di Solo. “Saya mencoba mengangkat motif tradisional dengan mengkombinasikan anyaman rotan asal daerah Trangsang dengan style minimalis,” jelasnya. Pola anyaman 2,1 yang sangat tradisional dari rotan fitrit 3 mm ( hati rotan )dicoba untuk dikombinasikan dengan penggunaan kayu jati ukuran 3×4,5cm.
Kombinasi kedua bahan baku tidak pernah ada sebelumnya. Selama ini, akunya, anyaman rotan alam yang digunakan berukuran 3 centimeter. “Ukuran itu sudah susah diperoleh, dan saya coba kombinasi dengan kayu jati yang tidak pernah ada sebelumnya,” jelasnya.  Ini dikombinasi dengan anyaman 2,1 yang biasanya dipakai untuk pinggiran. Jadinya sebuah kursi yang berhasil mengkombinasikan antara tradisional dan style minimalis. Terlihat ringan tapi tetap anggun.
Upaya mengangkat motif-motif tradisonal juga pernah dilakukan ketika ia mengikuti IFDC kedua tahun 2011. Kompetisi yang memberinya award melalui karya Kawung Coffee Table. Ia tak menolak ketika ditanyakan motif batik kawung sudah banyak digunakan dalam industri mebel. Namun ia berhasil mengkombinasikannya dengan sistem tambal-sulam dan geser yang tidak pernah ada sebelumnya. Dan filosofi dari motif kawung itu sediri yang mempynyai makna kekuasaan dan keadilan dari pada sang pemiliknya. Kelebihan inilah yang kemudian membuat tak hanya juri, tapi juga pengunjung saat itu tertarik pada karya ini.
Karyanya yang tak kalah menarik lagi yaitu Lumo Chair yang berhasil meraih juara pertama juga dalam kompetisi desain mebel jateng pada 19 Oktober 2011 laludi Semarang. LuMo yang dalam bahasa jawa berarti tajir menjadi ispirasi dalam perancangan desain kursi yang menggabungkan bahan baku utamanya dari kayu jati dan rottan core
LuMo yang dari kata teLu , Limo ( tiga dan Lima ) yang menjadi acuan dimensi pada kursi ini sengaja untuk efisiensi material dari pada rangka kursi ini. Sebuah desain modern, simple ,ringan,elegant namun nyaman karena kelenturan dari rotan core ( diameter 1 cm ) pada dudukan dan sandaran. Dengan sistem susun rapat sehingga sangat efisien saat loadibility. Konsep inilah yang membawanya meraih juara pertama yang kedua kalinya dalam gelar lomba desain mebel yang di adakan oleh DINPERINDAG Jateng.